Sejak pertama kali mencium aroma baru di kios kecil dekat kampus, aku mulai menyukai parfum yang tidak terlalu menegaskan identitas gender. Parfum unisex terasa seperti kamar yang bisa ditempati siapa saja tanpa harus mengunci diri pada label “untuk cewek” atau “untuk cowok.” Aku pernah membeli botol yang katanya khusus untuk pria, lalu sadar aroma itu justru berubah ketika menempel di kulitku: lebih netral, lebih ramah, tidak adu kuat. Seiring waktu, tren ini makin kencang: label unisex menempel di rak-rak toko, dan teman-teman malah lebih sering bertanya, “kamu pakai aroma apa? cocok banget untuk acara santai maupun formal.” Aku yakin parfum unisex adalah bahasa aroma yang inklusif, dan juga sedikit penyelaras gaya: satu botol bisa melintasi dua vibe tanpa drama.
Dalam perjalanan mencari aroma favorit, aku sering merasa seperti sedang curhat ke kaca parfum. Ada parfum yang muncul manisnya di kulit awal, lalu berubah jadi tanah basah setelah beberapa jam. Ada juga yang langsung menenangkan, seperti berjalan di taman kota di pagi hari. Karena itu aku mulai mengerti: tren unisex bukan soal meniadakan perbedaan, melainkan memberi ruang bagi keunikan karakter masing-masing. Dan ya, di dunia yang ramai seperti sekarang, satu botol yang bisa dipakai pasangan, teman, atau diri kita sendiri adalah anugerah praktis—apalagi kalau botolnya tidak terlalu mencolok, tapi punya keunikan personal saat disyukuri di balik pita waktu.
Kalau kamu ingin menelusuri alasan tren ini begitu kuat, jawabannya ada pada keseimbangan. Banyak rumah parfum menilai bahwa aroma tidak perlu dibatasi oleh kategori gender. Mereka lebih fokus pada karakter: segar, hangat, atau sensual. Parfum unisex biasanya menonjolkan fondasi not fougère, citrus, atau woody yang tidak terlalu kaku, sehingga bisa melebur dengan berbagai kulit dan gaya rambut. Ketika kita bicara tren, bukan hanya soal bau; kemasan juga ikut memoles citra netral, minimalis, dan demokratis. Banyak brand menekankan cerita tentang kebersamaan, persahabatan, dan momen sederhana yang bisa dinikmati siapa saja. Aku pribadi merasa atmosfer seperti itu membuat memilih aroma lebih santai: tidak perlu merasa harus “kompak” dengan identitas tertentu.
Di beberapa toko, aku melihat label unisex tidak lagi dianggap eksotis. Justru sebaliknya, aroma-aroma ini jadi pilihan aman untuk dijadikan “signature scent” tanpa harus menjadi terlalu berat. Ketika kamu memilih parfum unisex, kamu sebenarnya memilih narasi kamu sendiri, yang bisa berubah seiring waktu. Dan ya, kalau kamu pernah bingung antara dua pilihan, cobalah mencampurkan dua aroma pada bagian nadi—tangan kanan untuk gaya kerja, tangan kiri untuk acara malam. Tentu saja dengan sedikit saran dari staf toko, atau rekomendasi di sumber-sumber tepercaya, termasuk beberapa ulasan yang bisa kamu lihat di zumzumfragrance, misalnya zumzumfragrance.
Pertama, tarik napas tenang. Ketika mencoba parfum di toko, jangan langsung jatuh cinta pada semprotan pertama. Biarkan kulit menyentuhnya, karena aroma akan bereaksi dengan pH kulitmu dan menghasilkan “inti” yang khas. Aku biasanya menguji dua tahap: semprotkan di pergelangan tangan, tunggu 15–20 menit untuk melihat evolusi bau, lalu cek lagi setelah 2–3 jam. Bau awal bisa manis, tapi yang decide itu oftennya basal note—yang bertahan lama.
Kedua, pikirkan suasana. Kamu lebih banyak beraktivitas di siang hari atau malam hari? Untuk siang hari, pilih aroma yang ringan, citrusy, atau hijau yang menjaga kesan segar tanpa menguasai ruangan. Untuk malam hari, aroma dengan sentuhan kayu, musk, atau amber bisa memberi body lebih tanpa kehilangan karakter unisex-nya. Ketiga, bermain dengan layering secara hati-hati. Kamu bisa menggunakan lotion tubuh yang tidak memiliki bau kuat sebagai base agar aroma parfum bisa bertahan lebih lama. Lalu, ingat untuk tidak berlebihan: satu hingga dua semprotan cukup di-area leher dan pergelangan tangan. Di luar itu, kamu bisa memilih ukuran kecil untuk dibawa-bawa sebagai cadangan parfum kit.
Kalau kamu masih ragu, cari paket sampel atau “travel size” dulu. Ini membantu kamu melihat bagaimana aroma berkembang sepanjang hari tanpa harus komitmen pada botol besar. Dan ya, lihat juga bagaimana aroma itu cocok dengan warna baju yang sering kamu pakai. Kadang aroma yang sama bisa terasa berbeda jika dipakai dengan atasan kosmik putih atau sweater kain wol warna gelap. Semua hal kecil ini membentuk pengalaman harum yang personal dan tidak bisa dipaksakan.
Bahan alami sering menjadi belahan jiwa bagi mereka yang ingin aroma lebih grounded. Not-not seperti bergamot segar, lavender lembut, cedarwood, dan sandalwood memberikan fondasi yang tidak terlalu “berat” namun tetap mengundang perhatian. Ada juga not hijau seperti daun nabla atau basil yang memberi kesan segar seperti udara pagi di taman. Dalam praktiknya, parfum dengan bahan alami tidak selalu berarti aroma lebih murah—bahkan beberapa merek premium menggabungkan bahan alami dengan komponen sintetis untuk menjaga kestabilan aroma dan ketahanan di kulit yang berbeda-beda. Intinya, alami bukan berarti selalu rapuh; justru banyak formula modern berhasil menyeimbangkan keaslian dengan konsistensi.
Yang penting di sini adalah transparansi soal asal bahan. Beberapa parfum unisex menonjolkan keberlanjutan dan etika sourcing, misalnya lewat bahan-bahan organik, minyak esensial dari perkebunan yang dikelola secara adil, atau kemasan yang dapat didaur ulang. Kita sebagai konsumen bisa jadi bagian dari pergerakan itu: memilih parfum yang tidak hanya enak didengar hidung, tetapi juga enak dipandang mata dan ramah lingkungan. Aku sendiri suka membangun koleksi dengan beberapa aroma yang memang mengutamakan bahan alami, sambil tetap open terhadap formula yang lebih sederhana untuk kepraktisan sehari-hari. Dan kalau kamu makin penasaran, semoganya rekomendasi di zumzumfragrance bisa jadi titik awal yang menarik untuk dicoba.
Apa itu Parfum Unisex dan Mengapa Mereka Berbeda? Saat pagi datang dengan sinar yang masih…
Saat ini aku semakin sering melihat parfum unisex bukan sebagai label gender, melainkan sebagai cerita…
Kisah Tips Memilih Parfum Unisex dengan Aroma Alami dan Tren Fragrance Apa itu parfum unisex?…
Tips Memilih Aroma Parfum Unisex dengan Bahan Alami dan Tren Fragrance Di ruang parfum yang…
Beberapa tahun belakangan, parfum unisex jadi topik menarik di kamar kosan, di kantin kampus, atau…
Di kamar kecilku yang penuh botol kecil, parfum unisex selalu siap menemani pagi hingga malam.…